Isi
- Sejarah kimono
- Kain dan model kimono
- Interpretasi dan Efek Kimono
- Pengaruh Barat dan kimono tradisional
- Kimono untuk pria dan wanita
Kimono adalah kostum pria tradisional Jepang. Ini digunakan selama upacara minum teh Jepang, pengamatan bunga, pernikahan, dan acara resmi lainnya. Kimono informal, yang disebut yukata - jubah katun - dikenakan oleh pria Jepang di rumah.
Sejarah kimono
Periode Heidan (794 - 1185) menandai masuknya kimono dan pakaian tradisional. Para wanita istana mengenakan lebih dari dua belas lapis jubah dengan setelan di bawah lengan pendek, yang disebut kosode. Pada abad ke-14, kosode mulai digunakan sebagai pakaian dan dipasang di pinggul oleh selempang atau obi. Lebar obi meningkat selama periode Tokugawa. Beberapa teori menyatakan bahwa lebar obi meningkat karena popularitas teater Kabuki, di mana peran perempuan dimainkan oleh onnagata (laki-laki) yang menutupi bagian laki-laki mereka dengan obi lebar.
Kain dan model kimono
Kimono terbuat dari berbagai macam kain, mulai dari katun satin hingga brokat sutra. Gaya kimono terdiri dari empat strip utama kain dan empat strip tambahan yang menutupi tubuh dan berfungsi sebagai lengan. Potongan kecil berfungsi sebagai bagian depan dan kerah. Kimono mencapai panjang pergelangan kaki dengan lengan lebar. Dalam "Memperkenalkan Jepang", Donald Richie menjelaskan bahwa gaya kimono telah berubah seiring waktu, namun format dasarnya tetap utuh. Aksesoris kimono adalah tabi, atau kaus kaki, dan zori, atau geta, yaitu sandal atau bakiak.
Interpretasi dan Efek Kimono
Fokus estetika kimono adalah warna yang tumpang tindih dari jubah yang terkoordinasi dalam hubungannya dengan musim. Desain dan detail kimono berkomunikasi dengan usia pengguna, status perkawinan, dan kecenderungan seksual. Dalam buku "All Japan: The Catalog of Everything Japanese", Oliver Statler menjelaskan: "pemilihan warna, desain, dan bahan tidak bisa dibuat sembarangan, tetapi diatur oleh kode yang tepat dari konteks sosial yang sesuai".
Pengaruh Barat dan kimono tradisional
Pada akhir abad ke-19, pakaian tradisional Jepang dan pakaian barat bertemu dan kimono dihiasi dengan turtleneck dan sepatu kulit. Akan tetapi, pada tahun 1910, pakaian dan kimono Barat dipisahkan. Dua gaya hidup berdampingan: Donald RIchie menulis: "kecenderungan untuk memisahkan barang-barang Jepang dari yang barat diamati; jam tangan dan riasan barat adalah satu-satunya elemen yang dapat ditoleransi dengan kimono tradisional".
Kimono untuk pria dan wanita
Kimono pria menampilkan desain maskulin dan warna konservatif. Warna latar belakang kimono bervariasi antara biru, coklat, abu-abu dan hitam. Kimono yang dikenakan pria dijahit di bawah lengan. Kimono yang dikenakan wanita memiliki lengan yang lebih besar, lebih panjang dan dibuka di bawah lengan. Warnanya cerah, bervariasi dan dengan detail cetakan feminin. Kimono yang dikenakan oleh wanita yang lebih tua atau sudah menikah disebut tomesode dan memiliki lengan pendek dan cetakannya lebih sederhana dan terkendali.