Isi
Potongan kain yang dikenakan di kepala seorang biarawati dikenal sebagai kerudung. Ia dapat ditemukan dalam berbagai bentuk, ukuran dan warna, dan dapat menunjukkan berbagai hal. Penggunaan jilbab adalah perintah dalam Alkitab, di mana ada tertulis: "setiap wanita yang berdoa atau bernubuat dengan kepala telanjang mencemarkan kepalanya" (1 Korintus 11: 3).
Warna yang berbeda
Warna kerudung bervariasi, karena perbedaan ini melambangkan hirarki di dalam biara. Para biarawati berkerudung putih masih dalam pelatihan dan belum membuat sumpah kesucian dan pengabdian mereka. Kerudung hitam menunjukkan seorang biarawati yang telah mengambil sumpah khusyuk dan oleh karena itu, pada kenyataannya, termasuk dalam ordo biara. Corak kerudung sangat bergantung pada kebiasaan yang dikenakan oleh anggota biara. Stereotip seorang biarawati berpakaian serba hitam dengan kerudung hitam tidak mencakup semuanya. Gaun ini terutama terkait dengan ordo Benediktin, Fransiskan, dan Dominikan.
Berbeda bentuk
Kerudung biasanya merupakan hiasan kepala panjang yang menutupi seluruh rambut wanita dan digantung di bahu dan punggungnya, meskipun panjangnya bervariasi, tergantung pada kebiasaan biara. Sekte tertentu dari biarawati Katolik berbeda dalam bentuk kerudung mereka. Misalnya, pada abad ke-17, ada sebuah kelompok yang dikenal dengan nama Daughters of Charity, yang anggotanya memakai hiasan kepala yang disebut cornettes. Kerudung ini juga secara konvensional dikenakan oleh orang biasa dan diadopsi oleh Putri Cinta Kasih sebagai cara untuk mencocokkan orang-orang di masyarakat. Cornette terdiri dari kain putih yang disetrika dan dilipat ke atas.
Alternatif untuk kerudung
Beberapa biarawati memilih mengenakan kerudung di kepala mereka sebagai kebalikan dari kerudung tradisional. Bunda Teresa adalah contoh yang paling menonjol. Dia dan para susternya, Misionaris Cinta Kasih, mengenakan syal biru dan putih.
Saat ini, beberapa biarawati memutuskan untuk menghindari penggunaan kerudung dan lebih memilih untuk mengenakan pakaian konvensional, karena hal ini memungkinkan hubungan yang lebih intim dengan masyarakat, mirip dengan ideologi Putri Cinta Kasih.
Tujuan jilbab
Jilbab adalah simbol kepatuhan dalam komunitas agama Katolik. Dalam penggunaannya, perempuan membedakan dirinya dengan laki-laki yang taat beragama, yang tidak perlu menutupinya. Jilbab merepresentasikan kesopanan, keseragaman, serta inferioritas dalam hubungannya dengan laki-laki, yang tidak perlu membatasi diri untuk beribadah, tidak seperti perempuan.