Isi
Paranoia dan depresi biasanya tidak muncul bersamaan, tetapi ketika muncul, itu bisa menjadi gejala kondisi kejiwaan serius yang mendasarinya.
Gejala paranoia
Paranoia terdiri dari curiga terhadap orang lain. Meskipun memiliki pemikiran paranoid adalah hal yang umum, paranoia yang terus-menerus dapat mengganggu kehidupan sosial dan profesional. Pada tahap ini, paranoia dianggap sebagai gangguan kejiwaan asli. Gejala khas paranoia termasuk isolasi dan detasemen, permusuhan, harga diri rendah dan perasaan bahwa orang lain memiliki niat rahasia. Orang yang menderita gangguan paranoid seringkali menampilkan model perilaku ini dalam waktu yang lama. Meskipun penyebab paranoia tidak sepenuhnya diketahui, biasanya berhubungan dengan gangguan kejiwaan lainnya, seperti skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi psikotik.
Gejala depresi
Depresi adalah istilah untuk suasana hati yang rendah. Akan tetapi, depresi klinis disertai dengan serangkaian gejala, yang muncul secara teratur setidaknya selama beberapa minggu. Depresi bisa menjadi reaktif, disebabkan sebagai respons terhadap stres. Bisa juga disebabkan oleh ketidakseimbangan kimiawi di otak. Akhirnya, itu bisa turun-temurun. Terlepas dari penyebabnya, gejala depresi klinis tetap konsisten. Gejala depresi yang paling umum termasuk suasana hati yang terus-menerus rendah, insomnia (atau tidur berlebihan), kurang nafsu makan atau kenaikan berat badan mendadak, masalah konsentrasi, kekurangan energi, mudah tersinggung dan keengganan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Orang yang depresi bisa menjadi tertutup dan terisolasi, dan mengalami kesulitan dengan tugas sehari-hari. Dalam kasus depresi akut, gejala psikotik mungkin muncul, termasuk delusi, halusinasi dan / atau paranoia.
Paranoia dan depresi
Depresi dan paranoia bisa terjadi bersamaan. Jika ini terjadi, biasanya mengindikasikan penyakit psikotik yang serius, seperti skizofrenia, gangguan bipolar (juga disebut depresi manik) atau depresi psikotik. Jika tidak diobati, orang dengan gejala depresi dan paranoia dapat berisiko baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jika gejala ini muncul bersamaan, sulit untuk diobati dengan benar. Dokter sering meresepkan antidepresan dan antipsikotik, yang harus diberikan bersama untuk mengatasi kedua gejala tersebut. Dalam kasus ekstrim, terapi kejut listrik (ECT) dapat diterapkan jika obat tidak efektif.
Jika Anda mengalami gejala paranoia dan depresi
Berbicara dengan seseorang. Buatlah janji dengan dokter Anda dan ceritakan bagaimana perasaan Anda. Banyak kasus paranoia dan depresi dapat diobati dengan pengobatan, artinya Anda dapat kembali ke rutinitas harian. Situs web National Institutes of Health melaporkan bahwa, dengan perawatan yang tepat, pemulihan dari depresi biasanya positif. Mereka juga mengklaim bahwa terapi dapat membantu mengobati gejala paranoid.