Isi
Natal adalah hari libur yang penuh dengan tradisi, meski beberapa di antaranya kurang terkenal dibanding yang lain. Pada pertengahan 2000-an, dalam kebangkitan tradisi Katolik yang berasal dari Abad Pertengahan, orang-orang mulai memasukkan pohon Natal secara terbalik dalam perayaan mereka.
Tradisi asli
Pohon Natal pertama kali digunakan oleh Saint Boniface dari Devonshire pada abad ke-7 untuk menjelaskan Tritunggal Mahakudus kepada orang kafir. Pohon itu awalnya digantung terbalik untuk memberi tahu mereka bahwa itu bukan hanya hiasan bunga, tetapi simbol agama Kristen. Pada abad ke-12, orang Kristen Eropa biasa menggantung pohon mereka secara terbalik. Terakhir, tradisi diganti dengan pohon berdiri, sehingga mengarah ke surga.
Kesalahpahaman tentang tradisi asli
Saat tradisi pohon berubah, beberapa negara di Eropa tetap melakukan pendekatan terbalik. Akhirnya, umat Kristiani yang tidak mengetahui tradisi semacam itu mulai berpikir bahwa itu adalah penistaan dan mewakili perasaan menentang Natal. Karena kesalahpahaman ini, beberapa non-Kristen menggunakan lambang dari pohon Natal terbalik dengan cara yang sama mereka menggunakan salib terbalik - yang awalnya merupakan simbol salib Santo Petrus - sebagai simbol antikristus.
Kelahiran kembali tradisi asli
Pada pertengahan 2000-an, tradisi pohon Natal terbalik menjadi populer kembali. Namun, sedikit yang percaya bahwa itu ada hubungannya dengan sejarah atau kebangkitan gagasan dan simbolisme Kristen. Edward O-Donnell, pakar tradisi Natal, menjelaskan bahwa pohon terbalik mungkin kembali menjadi tren karena terlihat tidak tradisional. Pohon yang terbalik tampak aneh di sebuah rumah dan dapat dianggap "berani" dan menarik bagi non-Kristen yang merayakan Natal.
Simbolisme pohon Natal
Pohon Natal digunakan untuk melambangkan berbagai konsep Kristen. Bentuk segitiga awalnya digunakan untuk melambangkan tiga poin Tritunggal Mahakudus. Karena pohon cemara tetap subur selama musim dingin, sementara banyak jenis pohon lain kehilangan daunnya atau mati, cemara mulai melambangkan Pohon Kehidupan di Taman Eden. Akhirnya, orang-orang mulai menghias pohon itu dengan apel dan wafer putih yang diterima selama Komuni. Karena dekorasi ini, pohon Natal melambangkan Pohon Kehidupan dan Pohon Pengetahuan.