Isi
Baik Emile Durkheim dan Max Weber dianggap sebagai "bapak" sosiologi. Menulis pada akhir abad ke-19, orang-orang ini membangun fondasi bidang baru sosiologi dalam upaya untuk tetap berhubungan baik dengan perubahan besar yang terjadi dalam kehidupan modern. Keduanya mempelajari struktur masyarakat. Perbedaan terbesar di antara mereka adalah bahwa Durkheim menekankan pengaruh yang terukur dan obyektif pada individu dan Weber mempelajari makna subjektif yang digunakan individu pada perilaku mereka untuk memahami masyarakat. Terlepas dari metodologi mereka yang berbeda, keduanya menggarisbawahi sentralitas sosiologi komparatif ketika mempelajari masyarakat.
Klasifikasi sosiologis
Durkheim dan Weber percaya akan pentingnya klasifikasi dalam pengaturan pengalaman manusia. Untuk itu diperlukan pengembangan konsep umum yang diterapkan pada lebih dari satu kasus. Konsep-konsep ini memungkinkan mereka merumuskan teori-teori umum tentang masyarakat dan memecahkan masalah-masalah sosial yang menipu para sejarawan, yang hanya memeriksa banyak kasus khusus dalam sejarah dan tidak mengatur pengalaman manusia ke dalam teori umum. Misalnya, Durkheim membangun klasifikasi spesies berdasarkan tingkat perkembangan. Oleh karena itu, sosiolog harus memeriksa tingkat perkembangan dalam masyarakat tertentu untuk membuat penilaian yang tepat: apa yang normal untuk masyarakat primitif tidak akan normal untuk masyarakat yang kompleks.
Tipe ideal
Baik Durkheim dan Weber menciptakan tipe ideal untuk menafsirkan fenomena sosiologis. Tipe ideal tidak datang langsung dari realitas empiris. Sebaliknya, itu dibuat secara artifisial dari apa yang Durkheim dan Weber anggap sebagai fitur "esensial" dari beberapa situasi sejarah yang kompleks. Penggunaan tipe ideal adalah alat penyederhanaan untuk membantu Anda memahami topik yang terlalu rumit tanpa bantuan Anda.
Verifikasi empiris
Kedua pemikir percaya akan pentingnya menggunakan prosedur empiris untuk mendukung hipotesis sosiologis mereka. Ini berarti bahwa mereka menghubungkan sebab dan akibat dalam pengamatan mereka terhadap masyarakat. Weber menyebutkan pentingnya "signifikansi kausal" dalam pengamatannya dan Durkheim berbicara tentang "membangun hubungan kausal".
Agama
Durkheim dan Weber melihat agama sebagai refleksi masyarakat daripada sebagai realitas supernatural eksternal. Mereka melihat masyarakat modern berakar pada proses agama.Durkheim berpikir bahwa Tuhan bukan hanya idealisasi sifat manusia, seperti yang diyakini Karl Marx, tetapi dia juga masyarakat itu sendiri. Ini berarti bahwa Tuhan dan masyarakat sama-sama memainkan peran fungsional yang sama, khususnya peran makhluk yang lebih tinggi yang perlu dipercaya oleh individu. Weber memiliki pandangan serupa tentang agama. Dia mengatakan bahwa simbol agama datang untuk mewakili sistem politik yang sudah ada sebelumnya. Kedua pria itu meneliti sejarah awal pria itu untuk membentuk teori tentang agama.