Isi
Pakaian yang dikenakan para biarawati disebut "kebiasaan". Para biarawati dibagi menjadi beberapa ordo, dan beberapa dari mereka mengenakan variasi pakaian itu. Kebiasaan paling tradisional terdiri dari potongan dasar yang sama, meski dalam warna berbeda.
fitur
Lapisan pertama biasanya terdiri dari tunik halus. Beberapa biarawati mengenakan, di atas tunik mereka, topi kaku yang menutupi kepala dan leher, membingkai wajah. Scapular, potongan yang mirip dengan celemek, dikenakan di bahu. Mereka juga memakai kerudung yang tidak transparan di kepala mereka.
Identifikasi
Berbagai ordo biarawati dapat dikenali dari kebiasaan mereka. Penduduk Dominika, misalnya, mengenakan pakaian tradisional hitam putih. Misionaris Cinta Kasih mengenakan pakaian bergaris-garis biru dan putih yang menyerupai sari India.
Cerita
Pada abad ketiga, para biarawati mengenakan cadar dengan cara yang sama seperti wanita yang sudah menikah, karena mereka percaya sebagai pengantin Kristus. Pada abad kelima, banyak biarawati mulai mengenakan pakaian hitam untuk menunjukkan penebusan dosa. Hanya pada Abad Pertengahan topi ditambahkan ke pakaian, karena pakaian ini cukup umum pada saat itu.
Pertimbangan
Beberapa biarawati meninggalkan kebiasaan tradisional tersebut setelah Konsili Vatikan II pada tahun 1960. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak sepenuhnya sejalan dengan ajaran Gereja Katolik. Banyak pesanan menghilang karena jumlahnya yang semakin berkurang.
Keingintahuan
Setiap bagian dari kebiasaan memiliki doa singkat yang menyertainya. Di pagi hari, suster itu membacakan kata-kata yang berhubungan dengan pakaian yang dikenakannya.