Isi
Ritual berkabung adalah cara umum dan pribadi untuk menghadapi kematian orang yang dicintai. Peran ritual ini adalah untuk mengintegrasikan kehilangan ke dalam kehidupan orang-orang yang tersisa dan untuk membantu mereka pulih dari kematian. Setiap budaya memiliki ritual pemakamannya sendiri dan cara untuk bersedih.
Setiap budaya memiliki ritual pemakamannya sendiri dan cara berkabung (Gambar George Doyle / Stockbyte / Getty)
Keyakinan Buddha tentang kematian
Saat ini, sekitar 90 juta orang di Jepang menganggap diri mereka umat Buddha. Mereka percaya bahwa kematian hanyalah akhir bagi tubuh fisik. Dalam proses reinkarnasi yang kekal, jiwa orang itu diubah dan dilahirkan kembali di dunia ini hingga mencapai pencerahan.
Pemakaman
Berbagai sekte Buddha melakukan ritual yang berbeda pada waktu yang berbeda. Secara umum, tujuh hari pertama setelah kematian adalah ritual terpenting untuk berkabung. Orang berdoa dan bermeditasi untuk membantu orang yang meninggal mencapai transformasi kelahiran kembali, dan kegiatan berlanjut selama 49 hari. Putra tertua memilih dan menghias altar untuk digunakan dalam layanan pemakaman. Setelah kremasi tubuh, mereka yang menghadiri pemakaman menerima makanan dan hadiah. Selain itu, orang-orang ini memberikan hadiah dalam bentuk uang kepada keluarga almarhum.
Kesedihan terus menerus
Praktek berkabung berlanjut setelah pemakaman pada hari ke-49. Obon, Festival Orang Mati, sangat penting. Kerabat dan teman-teman almarhum berpartisipasi dalam tindakan untuk mengenang orang tersebut pada ulang tahun kematian pertama, ketiga, kelima, ketujuh dan ketigapuluh, di samping tahun-tahun lainnya, hingga peringatan ke-50.