Isi
Meskipun kantor pusat Nike berlokasi di Beaverton, Oregon, merek sepatu atletik untuk konsumen di seluruh dunia diproduksi di ratusan pabrik di seluruh dunia, dan tidak pernah diproduksi di pabrik-pabrik di A.S. Produsen sepatu kets Nike terbesar adalah pabrik yang berlokasi di China, Vietnam dan Indonesia. Puluhan negara lain juga memiliki pabrik Nike, seperti Malaysia, Pakistan, India, dan Thailand.
Nike tidak memiliki pabrik ini secara langsung; sebaliknya, mereka mempekerjakan pemilik pabrik untuk memproduksi sepatu kets tersebut dengan menggunakan bahan dan desain yang disediakan oleh Nike. Merek itu sendiri berfokus hampir secara eksklusif pada pembuatan sepatu dan, setelah diproduksi oleh pabrik, mereka mengiklankannya dan melakukan pemasaran dengan cara yang paling menarik.
Lokasi
Bahan
Produksi sepatu atletik dibagi dalam pembuatan tiga bagian utama tenis: bagian atas, disebut bagian atas, bagian tengah, yaitu bagian sepatu yang menjadi bantalan dan pelindung kaki dan sol luar, atau, sebagai bagian kebanyakan konsumen menyebutnya satu-satunya. Variasi jenis bahan yang digunakan untuk masing-masing dari ketiga bagian ini, serta kombinasinya, yang membuat perbedaan antara jenis dan merek sepatu kets, termasuk sepatu kets Nike.
Midsole sepatu biasanya terbuat dari kombinasi bahan seperti polyurethane, phylon foam, phylite (campuran phylon dan rubber) dan eva, material seperti foam yang fleksibel.
Sol luar sepatu dibentuk oleh campuran senyawa karet sintetis. Sepatu kets Nike memiliki keunikan di antara sepatu atletik lainnya karena proses eksperimen dan desainnya, karena setiap model sepatu kets baru dapat memakan waktu hingga tiga tahun. Namun, penelitian ekstensif ini telah membuahkan hasil bagi Nike berkali-kali selama bertahun-tahun - pengenalan sistem bantalan sol tengah perintis, yang awalnya dijual di sepatu Nike Air, telah mengubah cara semua sepatu atletik diproduksi.
Kontroversi
Nike sering dikritik karena penggunaan tenaga kerja dunia ketiga dan praktik lingkungan yang dipertanyakan dalam produksi sepatunya.
Banyak kelompok yang mengamati kondisi kerja menuduh Nike mengizinkan pekerja anak, selain pelecehan dan pelanggaran terang-terangan terhadap undang-undang yang mengatur lembur dan upah di pabrik yang memproduksi sepatu kets mereka. Meskipun merek tidak memiliki pabrik dan tidak bertanggung jawab langsung terhadap tenaga kerjanya, namun pengawasan yang lebih besar terhadap eksploitasi pekerja pabrik telah memaksa perusahaan untuk lebih proaktif dalam memantau kondisi pabrik. Ini termasuk pembentukan Aliansi Global untuk Pekerja dan Komunitas, sebuah kelompok yang berdedikasi untuk membantu dalam penilaian kondisi kerja yang tidak memihak.
Pabrik terbesar Nike juga menuai kritik dari para aktivis lingkungan. Merek ini mulai menjadikan masalah lingkungan sebagai bagian yang sangat besar dari kehadiran publiknya, secara aktif mempromosikan daur ulang dengan program seperti kampanye Reuse-A-Shoe.